Tugas 6
Photo Essay
5 Tempat Bersejarah Di Kota Bengkulu
Fort Marlborough
FORT Marlborough
dibangun Perusahaan India Timur di bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet.
Benteng ini menghadap Selatan dan memiliki luas 44.100 meter persegi. Bentuk
benteng abad XVIII (1914) ini menyerupai kura-kura. Pintu utama dikelilingi
parit luas dan tersambung dengan jembatan ke gerbang dalam. Menurut masyarakat
sekitar, benteng ini memiliki pintu keluar bawah tanah.
Fort Marlborough adalah
peninggalan terbesar Inggris terbesar di Indonesia. Benteng Marlborough
sesungguhnya bukan sekadar benteng pertahanan militer, karena ia dibangun demi
kepentingan perdagangan; penjamin kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang
Inggris, East India Company, serta pengawasan jalur pelayaran dagang melalui
Selat Sunda. Benteng berperan ganda: markas pertahanan militer sekaligus kantor
pusat perdagangan dan pemerintahan Inggris.
Rumah Pengasingan Bung Karno
Rumah yang di tempati
Bung Karno sewaktu pengasingan di Propinsi Bengkulu berdiri pada abad ke-20 ,
berbentuk empat persegi panjang. Bangunan ini tidak berkaki dan dindingnya
polos. Pintu masuk utama berdaun ganda, dengan. Bentuk jendela persegi panjang
dan berdaun ganda. Pada ventilasi terdapat kisi-kisi berhias. Rumah dengan
halaman yang cukup luas ini memiliki atap berbentuk limas. Luas bangunan rumah
ini adalah 162 m2, dengan ukuran 9 x 18 m.Dulunya Luas tanah semua rumah itu
mencapai 4 hektar.
Selama berada di
pengasingan Propinsi Bengkulu, Bung Karno di tempatkan di sebuah rumah milik
orang cina yang bernama Tan Eng Cian. Tan Eng Cian pada waktu itu merupakan
pengusaha penyuplai bahan kebutuhan pokok untuk kolonial Belanda. Bung Karno
menempati rumah tersebut pada tahun 1938 sampai dengan tahun 1942, rumah
tersebut terletak di jalan anggut tidak jauh dari Benteng Malborough.
Rumah Fatmawati
Sebelum menikah dengan
Bung Karno, Fatmawati tinggal bersama keluarganya di rumah yang letaknya hanya
600 meter dari rumah pengasingan Bung Karno. Jalan tempat rumah itu sekarang
dinamai Jalan Fatmawati, dekat bundaran simpang lima di depan kantor Walikota
Bengkulu. Rumah ini sekarang juga sudah dijadikan museum.
Kantor Pemerintahan Thomas Stamford Raffless
Thomas Stamford Raffles
adalah Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu sebelum akhirnya penguasaan
terhadap Bengkulu di tukar oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Pulau Kecil
di ujung Semenanjung Malaka, ‘Singapura’. Dalam masa kekuasaannya Raffles
tinggal di rumah ini yang selain digunakan sebagai tempat tinggal, juga
dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas dalam pemerintahannya.
Bangunan ‘Istana
Gubenur’ ini terletak sekitar 300 meter ke arah Utara Benteng Marlborough.
Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan
salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia.
Konon cerita pada
masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur ini
dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu thomas
Parr.
Komplek
Makam Inggris
Komplek Makam Inggris
ini adalah merupakan saksi sejarah bahwa antara Bengkulu dan Inggris mempunyai
sejarah dan hubungan di masa lalu. Komplek Makam Inggris ini terletak di Jl.
Veteran Kelurahan Jitra. Pemakaman orang Inggris di Kelurahan Jitra yang
bernama The Christian Cemetery ini merupakan kuburan Inggris terbesar di Asia
Tenggara.
Banyak tokoh ternama
Inggris yang pernah berkuasa di Bengkulu itu dimakamkan di situ pada tahun 1775
sampai 1940, di antaranya Mc Douglas, Parker, Hutchinson, Maclean, dan
lain-lain. Seperti diketahui, Inggris menjajah Indonesia sejak tahun
1650.Bengkulu tempo dulu adalah pusat pemerintahan bagi kolonialis. Tentara dan
warga sipil Inggris yang meninggal dimakamkan di kota Bengkulu. Kondisi ini
tentu saja berpotensi dalam menarik wisatawan Inggris yang ingin berziarah ke
para leluhurnya itu.
Disebut terbesar karena
memang tadinya terdapat sekitar 1.000 nisan berbentuk artistik dan monumental dengan
berbagai ukuran yang terhampar di kawasan seluas 4,5 hektare (panjang 300 meter
dan lebar 150 meter). Sayangnya, kini jumlah dan luas kawasan tersebut menyusut
drastis.Menurut Rudolf W Matixidas dan Budiman dalam bukunya Pesona Wisata
Bengkulu (2008), jumlah nisan yang tersisa kini hanya 53 makam. Sementara itu,
luas kawasan tersebut tinggal seperempat dari luas semula, yakni cuma 1,125
hektare.