Senin, 19 Mei 2014

Tugas 6 
Photo Essay 
5 Tempat Bersejarah Di Kota Bengkulu
Fort Marlborough



FORT Marlborough dibangun Perusahaan India Timur di bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng ini menghadap Selatan dan memiliki luas 44.100 meter persegi. Bentuk benteng abad XVIII (1914) ini menyerupai kura-kura. Pintu utama dikelilingi parit luas dan tersambung dengan jembatan ke gerbang dalam. Menurut masyarakat sekitar, benteng ini memiliki pintu keluar bawah tanah.
Fort Marlborough adalah peninggalan terbesar Inggris terbesar di Indonesia. Benteng Marlborough sesungguhnya bukan sekadar benteng pertahanan militer, karena ia dibangun demi kepentingan perdagangan; penjamin kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East India Company, serta pengawasan jalur pelayaran dagang melalui Selat Sunda. Benteng berperan ganda: markas pertahanan militer sekaligus kantor pusat perdagangan dan pemerintahan Inggris.
 

Rumah Pengasingan Bung Karno




Rumah yang di tempati Bung Karno sewaktu pengasingan di Propinsi Bengkulu berdiri pada abad ke-20 , berbentuk empat persegi panjang. Bangunan ini tidak berkaki dan dindingnya polos. Pintu masuk utama berdaun ganda, dengan. Bentuk jendela persegi panjang dan berdaun ganda. Pada ventilasi terdapat kisi-kisi berhias. Rumah dengan halaman yang cukup luas ini memiliki atap berbentuk limas. Luas bangunan rumah ini adalah 162 m2, dengan ukuran 9 x 18 m.Dulunya Luas tanah semua rumah itu mencapai 4 hektar.
Selama berada di pengasingan Propinsi Bengkulu, Bung Karno di tempatkan di sebuah rumah milik orang cina yang bernama Tan Eng Cian. Tan Eng Cian pada waktu itu merupakan pengusaha penyuplai bahan kebutuhan pokok untuk kolonial Belanda. Bung Karno menempati rumah tersebut pada tahun 1938 sampai dengan tahun 1942, rumah tersebut terletak di jalan anggut tidak jauh dari Benteng Malborough. 


Rumah Fatmawati



Sebelum menikah dengan Bung Karno, Fatmawati tinggal bersama keluarganya di rumah yang letaknya hanya 600 meter dari rumah pengasingan Bung Karno. Jalan tempat rumah itu sekarang dinamai Jalan Fatmawati, dekat bundaran simpang lima di depan kantor Walikota Bengkulu. Rumah ini sekarang juga sudah dijadikan museum.
 


Kantor Pemerintahan Thomas Stamford Raffless




Thomas Stamford Raffles adalah Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu sebelum akhirnya penguasaan terhadap Bengkulu di tukar oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan Pulau Kecil di ujung Semenanjung Malaka, ‘Singapura’. Dalam masa kekuasaannya Raffles tinggal di rumah ini yang selain digunakan sebagai tempat tinggal, juga dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas dalam pemerintahannya.
Bangunan ‘Istana Gubenur’ ini terletak sekitar 300 meter ke arah Utara Benteng Marlborough. Diantara kedua bangunan penting ini terdapat Tugu Thomas Parr yang merupakan salah satu monumen penting baik bagi Bangsa Inggris maupun Bangsa Indonesia.
Konon cerita pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah Tugu thomas Parr.

 Komplek Makam Inggris


Komplek Makam Inggris ini adalah merupakan saksi sejarah bahwa antara Bengkulu dan Inggris mempunyai sejarah dan hubungan di masa lalu. Komplek Makam Inggris ini terletak di Jl. Veteran Kelurahan Jitra. Pemakaman orang Inggris di Kelurahan Jitra yang bernama The Christian Cemetery ini merupakan kuburan Inggris terbesar di Asia Tenggara.
Banyak tokoh ternama Inggris yang pernah berkuasa di Bengkulu itu dimakamkan di situ pada tahun 1775 sampai 1940, di antaranya Mc Douglas, Parker, Hutchinson, Maclean, dan lain-lain. Seperti diketahui, Inggris menjajah Indonesia sejak tahun 1650.Bengkulu tempo dulu adalah pusat pemerintahan bagi kolonialis. Tentara dan warga sipil Inggris yang meninggal dimakamkan di kota Bengkulu. Kondisi ini tentu saja berpotensi dalam menarik wisatawan Inggris yang ingin berziarah ke para leluhurnya itu.
Disebut terbesar karena memang tadinya terdapat sekitar 1.000 nisan berbentuk artistik dan monumental dengan berbagai ukuran yang terhampar di kawasan seluas 4,5 hektare (panjang 300 meter dan lebar 150 meter). Sayangnya, kini jumlah dan luas kawasan tersebut menyusut drastis.Menurut Rudolf W Matixidas dan Budiman dalam bukunya Pesona Wisata Bengkulu (2008), jumlah nisan yang tersisa kini hanya 53 makam. Sementara itu, luas kawasan tersebut tinggal seperempat dari luas semula, yakni cuma 1,125 hektare.